Di tahun 2025, dunia pelayanan kesehatan sudah tidak bisa lagi bergantung pada sistem manual. Ketika waktu, akurasi, dan kepercayaan pasien menjadi penentu utama kualitas layanan, fasilitas kesehatan (faskes) dituntut untuk bergerak cepat, efisien, dan terintegrasi.
Masalah klasik seperti antrean panjang, salah input data, dan keterlambatan hasil pemeriksaan masih kerap terjadi di banyak faskes yang belum melakukan transformasi digital. Padahal, teknologi saat ini sudah sangat memungkinkan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut secara sistematis.
Digitalisasi bukan lagi soal mengikuti tren, tetapi soal bertahan di tengah tuntutan pelayanan yang semakin tinggi.
Baca Juga: Alur Kerja Lab Tidak Efisien? Saatnya Beralih ke Fitur Ambil Sampel dari ADAMLIS
7 Alasan Faskes Wajib Melakukan Digitalisasi di Tahun 2025
1. Meningkatkan Efisiensi Pelayanan Pasien
Sistem digital membantu mempercepat proses pendaftaran, pengambilan sampel, pemeriksaan laboratorium, hingga hasil diagnosa yang bisa langsung diakses pasien secara online. Menurut laporan Kementerian Kesehatan RI (2023), digitalisasi sistem antrean dan EMR mampu memangkas waktu tunggu pasien hingga 50% di puskesmas dan rumah sakit daerah.
2. Data Pasien Lebih Aman dan Terorganisir
Data pasien yang tercatat secara manual sangat rentan terhadap kehilangan, kerusakan, atau salah arsip. Dengan sistem Electronic Medical Records (EMR), seluruh data pasien tersimpan aman, terstruktur, dan dapat diakses dengan mudah oleh tenaga medis yang berwenang. WHO Global Digital Health Strategy (2020–2025) menyebutkan bahwa EMR meningkatkan efisiensi dokumentasi medis hingga 30%.
3. Meminimalkan Human Error
Kesalahan input data pasien, pengambilan sampel dobel, atau pencatatan hasil pemeriksaan yang tertukar bisa berdampak besar. Sistem digital menyediakan validasi otomatis dan notifikasi pengingat untuk mencegah kesalahan-kesalahan tersebut.
Melansir dari Journal of Medical Systems (Springer, 2022) melaporkan bahwa digitalisasi mampu menurunkan tingkat human error di layanan laboratorium sebesar 40–60%.
4. Memudahkan Monitoring dan Evaluasi Kinerja
Sistem digital memungkinkan pimpinan faskes untuk memantau performa layanan secara real-time. Mulai dari jumlah pasien harian, kinerja tiap petugas, hingga tren keluhan dan kepuasan pasien. Data dari Digital Health Monitor Kemenkes (2023) menyebutkan bahwa 78% faskes digital mampu melakukan evaluasi layanan secara mingguan, dibanding hanya 34% pada faskes non-digital.
5. Mendorong Kolaborasi Antar Tenaga Medis
Dengan sistem terintegrasi, dokter, laboran, apoteker, dan petugas administrasi dapat bekerja dalam satu alur data yang sama. Proses penanganan pasien jadi lebih cepat dan minim miskomunikasi.
Berdasarkan studi dari HIMSS (Healthcare Information and Management Systems Society), integrasi sistem informasi medis mendorong kolaborasi lintas profesi meningkat hingga 45%.
6. Menyesuaikan dengan Regulasi Pemerintah
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menetapkan roadmap transformasi digital kesehatan nasional melalui platform SATUSEHAT. Faskes yang belum melakukan digitalisasi akan mengalami kesulitan dalam proses akreditasi dan integrasi data nasional.
Permenkes No. 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis Elektronik & Keputusan Dirjen Yankes No. HK.02.02/III/1521/2023 tentang Penerapan SATUSEHAT.
7. Meningkatkan Kepercayaan Pasien dan Reputasi Faskes
Pasien kini semakin melek teknologi dan mengharapkan pelayanan yang cepat, transparan, dan profesional. Faskes dengan sistem digital cenderung dipilih karena dianggap lebih terpercaya dan modern.
Survei Populix 2023 menunjukkan bahwa 67% pasien memilih faskes yang memiliki sistem pendaftaran online dan hasil lab digital.
Transformasi digital tidak harus langsung besar-besaran. Anda bisa memulainya dari langkah kecil namun berdampak besar, seperti otomatisasi proses pengambilan sampel, pencatatan pasien digital, atau manajemen laboratorium berbasis sistem.
Salah satu solusi yang bisa Anda gunakan adalah ADAMLIS, sistem informasi laboratorium digital yang membantu proses otomatisasi layanan mulai dari registrasi, pengambilan sampel, hingga pelaporan hasil.